Laman

Minggu, 30 September 2012

Seperti Malaikat

Sore menjelang malam, aku melihat parasmu muncul dari cahaya matahari yang tersisa. Yang kulihat pertama kali adalah hidungmu. Yahhh tentu saja itu karena hidungmu lebih menonjol dibagian wajahmu jika dibanding dengan yg lain. Kemudian aku melihat keseluruhan wajahmu. Begitu menyenangkan melihatmu tersenyum.

Pukul 18.15 WIB. Kita berdua duduk berdua, dan bersebelahan. Aku mampu melihat keseluruhan wajahmu dengan sangat jelas. Mulai dari tanda lahir di kelopak matamu, sedikit benjolan kecil di lehermu yang akan bergerak naik turun saat kamu berbicara dan mengikuti irama suaramu, gigimu yang dihiasi dengan pagar kecil yang lucu, hingga bibirmu yang senantiasa kering seakan menantangku untuk membasahinya.

Aku sangat merasa nyaman saat kamu menggenggam jemariku, dan menggelitiki telapak tanganku. Andaikan hal itu bisa terjadi setiap hari. Sayangnya.....kita masih terlalu malu. Ketika aku bertanya, dan kamu hanya diam saja dengan membentuk bibirmu melengkung keatas, ahhh betapa menggemaskan nya dirimu. Ketika aku pura-pura marah kepadamu, kamu hanya tersenyum sambil menggenggam erat tanganku dan semakin erat. Betapa aku sangat merindukan genggaman itu. Dan ketika wajah kita tanpa sengaja bertemu dengan jarak yang sangat dekat kemudian saling tersenyum satu sama lain, ahhhhh betapa aku sangat mencintai kejadian itu. Mampukah kita mengulangnya lagi? Karena saat itu, kulihat dirimu seakan menjadi malaikat tak bersayap yang senatiasa memelukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar